Sabtu, 07 Agustus 2010

Hasil Pemupukan dengan PA



www.plact.wordpress.com

Rudy Ramon Pohan SE

081378687999

Facebook: Pupuk Plant Activator

Pupuk Tanaman



Kepada Yth,

Bapak / Ibu / Sdr(i)

Di Tempat.

Dengan hormat.

Sehubungan dengan semakin meluasnya penyebaran produk pupuk mikro Plant Activator (PA) ditandai dengan peningkatan omzet penjualannya di DXN Pekanbaru yang hingga saat ini mencapai 30 ton per bulannya, maka dengan ini perkenankanlah kami mengajukan pengenalan serta penawaran kepada Bapak / Ibu dengan harapan Bapak / Ibu sudi kiranya mencoba serta membuktikan manfaat pupuk mikro Plant Activator pada sebagian tanaman atau kebun yang Bapak / Ibu miliki.

Sebagai informasi tambahan, pupuk mikro Plant Activator ini mampu menjadi salah satu solusi krisis pangan dunia serta menjawab kondisi keterbatasan pasokan pupuk konvensional dan lonjakan harganya saat ini, karena dengan aplikasi pencampuran PA, dosis pupuk konvensional Anda, sesuai anjuran, dikurangi 35 – 40 % dari dosisi yang selama ini Anda terapkan.

Perlu kami sampaikan pula, bahwa pupuk mikro Plant Activator ini telah diaplikasikan oleh beberapa petani sawit di Sungai Galuh, Riau selama 4 periode pemupukan (16 bulan) dengan hasil sangat memuaskan (peningkatan produksi hingga 50%)..

Terlampir kami sampaikan kepada Bapak / Ibu, brosur pupuk Plant Activator (PA) yang diproduksi oleh PT. Daehsan Indonesia atas lisensi DXN Sdn. Bhd Malaysia.

Demikian penawaran ini kami sampaikan, atas kerjasama serta pertimbangan Bapak / Ibu mencoba manfaat Plant Activator, kami haturkan terimakasih.

Pekanbaru, Agustus 2010

Hormat kami,

Rudy Ramon Pohan, SE.

081378687999

Website : www.plact.wordpress.com

Facebook : Pupuk Plant Activator

*) The document above legal without signature & company’s stamp



Pemupukan

Pupuk merupakan sumber unsur hara utama yang sangat menentukan tingkat pertumbuhan dan produksi tanaman. Setiap unsur hara memiliki peranan masing-masing dan dapat menunjukkan gejala tertentu pada tanaman apabila ketersediaannya kurang. Beberapa hal yang harus diperhatikan agar pemupukan efisien dan tepat sasaran adalah meliputi penentuan jenis pupuk, dosis pupuk, metode pemupukan, waktu dan frekuensi pemupukan serta pengawasan mutu pupuk (BUDIDAYA KELAPA SAWIT, Pusat Penelitian Kelapa Sawit / Indonesian Oil Plam Research Institute –IOPRI, 2003).

Rudy Ramon Pohan SE

081378687999

Facebook: Pupuk Plant Activator

Pemupukan adalah tindakan yang dilakukan untuk memberikan unsur hara kepada tanah yang dibutuhkan untuk pertumbuhan normal tanaman. Adapun unsur hara esensial untuk pertumbuhan tanaman terdiri dari ;

1. Unsur hara Makro

- Carbon (C)

- Hidrogen (H) Didapat dari Udara dan Air

- Oksigen (O)

- Nitrogen (N) Didapat dari Tanah dan Air

- Fosfor (F)

- Kalium (K)

- Kalsium (Ca) Didapat dari Tanah

- Magnesium (Mg)

- Sulfur (S)

2. Unsur hara Mikro

- Boron (B)

- Klor (Cl)

- Tembaga (Cu)

- Besi (Fe) Didapat dari Tanah

- Mangan (Mn)

- Molibdenum (Mo)

- Seng (Zn)

Adapun dasar pertimbangan dilakukannya pemupukan adalah :

Pertama :Ketersediaan hara tanah, hal ini dapat terjadi karena kandungan hara dalam tanah yang berasal dari bahan induk pada umnumnya memang rendah. Kedua :Kehilangan hara tanah melalui panen, erosi dan penguapan.

Pemupukan juga dipengaruhi oleh :

1. Sifat dan cirri tanah, kemasaman tanah (pH)

Pengaruh pH tanah terhadap Nitrogen

Perubahan Amonium (NH4+) menjadi Nitrat (NH3-) akan berlangsung sebagai proses oksidasi enzimatik yang dibantu oleh bakteri Nitrobacter dan Nitrosmonas hal ini disebut proses Nitrifikasi (proses perubahan ammonium menjadi nitrat oleh bakteri) berlangsung antara kisaran pH 5,5 – 10,0 dengan pH optimum 8,5 (Pupuk dan Pemupukan. Jurusan Ilmu Tanah. Fakultas Pertanian. Universitas Islam Sumatera Utara. Medan). Pada tanah yang masam atau pH tanah rendah, perubahan ammonium menjadi nitrat akan terhambat. Hal ini juga dipengaruhi oleh kandungan oksigen dalam tanah atau Aerasi tanah dan juga perbandingan kandungan Ca, P, Fe, Mn, serta unsur-unsur lainnya.

Penambatan N oleh liat

Pada tanah masam akan mempengaruhi ketersediaan N tanah. Hal ini terjadi karena adanya penambatan dari ion-ion ammonium antara kisi-kisi mineral yang sudah mengembang ataupun mengkerut.

Pengaruh pH tanah terhadap ketersediaan Fosfor & Kalium

Aktifitas ion P di dalam tanah berbanding lurus dengan pH tanah yang artinya bila pH naik sampai ketingkat tertentu maka P akan tersedia. Bila pH tanah rendah maka yang terjadi konsentrasi Al dan Fe meningkat yang akan bereaksi dengan fosfat membentuk garam Fe dan Al-P yang tidak larut. Kisaran pH untuk ketersediaan P yang terbaik adalah antara 6 – 7.

Pengaruh pH tanah terhadap unsur mikro

Ketersediaan unsur hara mikro dikaitkan dengan kegiatan mikro organisme tanah yang ikut mentransfer unsur tersebut ke tanah, misalnya organisme tanah membantu mempercepat proses oksidasi unsur Mn, Zn, Cu, Mo, dan Al.

2. Tekstur tanah

· Respon pemupukan N dan K lebih tinggi pada tanah ringan

· Respon pemupukan P lebih tinggi pada tanah berat

3. Iklim

· Air. Sebelum tanaman dapat mengabsorpsi hara, syaratnya adalah unsur hara tersebut harus terdapat pada zona perakoran (kondisi tanah yang lembab). Untuk keperluan transpirasi yang akan mengangkut Nitrat, Sulfat, Kalium, Magnesium ke akar dari daerah yang jauh dari jangkauan akar.

4. Temperatur

Temperatur yang terlalu rendah dapat menyebabkan tanaman tidak dapat menggunakan hara yang ditambahkan. Begitu pula jika temperatur terlalu tinggi, serapan hara semakin tinggi sampai batas yang dapat ditolerir tanaman.

5. Udara tanah

Secara langsung dapat mengatur kehidupan jasad renik tanah yang melakukan proses oksidasii enzimatik.

6. Pola pertanian

Tanaman semusim (Jagung, dll), Tanaman tahunan (Sawit, Karet, dll), Tanaman basah & kering (Padi), Tanaman intercropping (tanaman sela)

7. Pupuk yang digunakan

Jenis pupuk, Sifat & cirri-ciri pupuk, Dosis pupuk

KTK (Kapasitas Tukan Kation)

Adalah kapasitas tanah menyerap dan mempertukarkan ion. Ion dapat berupa kation dan besarannya disebut Kapasitas Tukan Kation (KTK).

KTK sangat penting berkenaan dengan kesuburan tanah, penyerapan unsur hara, ameliorasi tanah, dan mutu lingkungan.

Dengan daya serapnya, koloid tanah dapat menambat air hujan atau air irigasi dan kation tahan dari pelapukan mineral, mineralisasi bahan organik atau dari pupuk. KTK menjadi faktor pembentuk cadangan air dan hara basa dalam tanah yang dapat mengefisienkan penggunaan air dan hara basa oleh tumbuhan.

KTK tanah berbeda-beda tergantung pada;

- Kadar dan macam lempung dan kadar bahan organik; KTK makin besar

- Kadar bahan organik dan senyawa-senyawa organik penyusun bahan-bahan organik (tanah dan lingkungan).

Rudy Ramon Pohan SE

081378687999

Facebook: Pupuk Plant Activator

Pupuk

Pupuk Dasar (Dolomit, Kieserite)

Pupuk Dasar berfungsi terhadap reaksi pH tanah (kesuburan tanah) yang sangat menentukan efisiensi pemupukan. Secara umum tanah-tanah di Indonesia bereaksi masam. Untuk itu, peran pupuk dasar sangat penting untuk perkembangan akar sehingga mempu menyerap hara dalam tanah.(IFDC, 1987. Fertilizer Manual. International Fertilizer Development Centre. United Nation Industrial Development Organization)

Reaksi tanah berdaya pengaruh langsung dan tak langsung terhadap perkembangan tanaman. Daya pengaruh langsung ialah pengendalian ketersediaan hara tumbuhan dan kegiatan jasad renik tanah.

Pupuk Makro

1. Pupuk Urea

Merupakan pupuk Nitrogen untuk pertumbuhan akar, batang dan daun. Sebelum diserap oleh akar, nitrogen terlebih dahulu diubah menjadi nitrat melalui beberapa tahapan proses alamiah. Pupuk urea sangat peka terhadap air / uap air dan suhu udara. Urea yang terurai oleh air menjadi Carbon Dioksida (CO2) dan Amoniak (NH3). Kedua senyawa ini pada suhu khatulistiwa 28º – 31º C akan menjadi gas. Pada musim kemarau hampir 55 % dari dosis urea yang ditaburkan hilang oleh penguapan. Dan dimusim hujan, urea akan larut dalam air mencapai 79% dan hilang dalam proses pencucian. Maka sangat tidak menguntungkan jika urea ditaburkan pada saat matahari sangat terik atau saat jumlah air melimpah. (Cooke, G.W. 1982. Fertilizer For Maximum Yield. Granada Publishing. London)

2. Pupuk Phospat (TSP, SP-36, CiRP, RP dan lainnya)

Pupuk unsur hara Fosfor (P) yang merangsang pertumbuhan akar, khususnya akar benih dan tanaman muda. Fosfor berfungsi sebagai bahan pembentuk protein, membantu asimilasi serta mempercepat pembentukan bunga, pematangan biji dan buah. Sifat fosfat ini bereaksi dengan logam-logam berat, sehingga hanya 1/4 hingga 1/3 bagian dari fosfat yang dapat dimanfaatkan tanaman. Selebihnya membentuk endapan yang sulit larut dalam air (fiksasi). Proses ini menjadikan lapisan tanah mengeras, terutama lahan yang sudah berulang kali ditaburi fosfat. Efek keseluruhannya menyebabkan tertutupnya pori-pori tanah sehingga transportasi udara, air dan unsur hara tidak berjalan serta mikroba-mikroba yang bekerja menyuburkan tanah terancam punah. (Tan Kim Hong, 1982. Principles of Soil Chemistry. Marcel Dekker Inc. New York)

Rendahnya kadar sulfur (S) di dalam tanah disebabkan oleh penyerapan tanaman yang tinggi, rendahnya kadar sulfur di dalam pupuk yang selama ini dipakai oleh petani kelapa sawit dan rendahnya kemampuan tanah dalam menyediakan sulfur. Sulfur diperlukan dalam jumlah yang tinggi sesudah nitrogen karena kelapa sawit termasuk tanaman yang bijinya menghasilkan minyak (oil seed). Semua tanaman jenis ini memerlukan sulfur dalam jumlah yang banyak untuk pembentukan asam amino dalam menghasilkan protein nabati yang terkandung di dalam minyak sawit (Kamprath dan Till, 1983).

Pupuk yang dipakai oleh petani mengandung sulfur yang sangat rendah sehingga kontribusinya dalam menyediakan sulfur juga rendah. Sedangkan kadar sulfur di dalam tanah kering masam yang jauh dari lokasi industri termasuk sangat rendah-rendah (masih <250>Gupta dan Dubey, 1998).

3. Pupuk MOP (KCL)

Merupakan sumber Kalium (K) bagi tanaman. Fungsi utamanya membantu pembentukan protein dan karbohidrat. Kalium juga berperan memperkuat tubuh tanaman agar daun, bunga dan buah tidak mudah gugur. Kalium merupakan sumber kekuatan bagi tanaman dalam menghadapi kekeringan dan penyakit. Untuk tanah yang liat kalium yang ditaburkan terikat oleh komponen tanah sehingga hanya 1/4 hingga 1/3 dosis yang dapat terserap tanaman. Untuk tanah berpasir dimana pori-pori tanah cukup besar maka pupuk kalium mudah tercuci dan terbawa aliran air.

Untuk kasus kalium, kadarnya yang rendah dimungkinkan oleh tingginya kebutuhan kelapa sawit akan kalium sehingga terjadi penyerapan yang melebihi unsur hara lainnya. Hal ini dilaporkan oleh Moody et al. (2002) bahwa untuk menghasilkan sebanyak 27 ton TBS, kelapa sawit memerlukan kalium tertinggi sebanyak 257 kg, diikuti oleh nitrogen, sulfur, magnesium, kalsium, dan fosfor, masing-masing sebanyak 190, 60, 54, 43, dan 26 kg.

Pupuk Mikro

Unsur hara mikro sangat dibutuhkan tanaman sekalipun dalam jumlah yang kecil. Manakala tanaman kekurangan satu atau lebih unsur hara mikro maka akan terjadi gejala yang tidak baik dalam pertumbuhannya. Sebagai contoh jika tanaman kekurangan tembaga (Cu) menyebabkan ujung daun menjadi layu bahkan menyebabkan klorosis. Sedangkan kekurangan Seng (Zn) menyebabkan daun menjadi kekuning-kuningan atau kemerahan. Yang termasuk unsur hara mkro adalah Besi (Fe) Seng (Zn) Tembaga (Cu) Mangan (Mn) Boron (B) dan Molipden (Mo). Peranan unsur hara mikro sangat penting dalam mengaktifkan kinerja enzim dalam berbagai konsep fisiologis yang berlangsung pada tanaman. (Pupuk dan Pemupukan. Jurusan Ilmu Tanah. Fakultas Pertanian. Universitas Islam Sumatera Utara. Medan)

Slow Release

Pupuk slow release adalah pupuk yang mampu melepas unsur hara secara lambat dengan volume pelepasan mendekati kapasitas akar tanaman dalam menyerap unsur hara, tetapi berlangsung dalam waktu yang lebih lama sehingga mengurangi kehilangan unsur ke lingkungan. Taylor (2002). Disisi lain, sifat pupuk slow release adalah adanya pengurangan kebutuhan yang diperlukan petani karena dosis pemupukan optimum menurun. Pengurangan kebutuhan pupuk ini sangat berkaitan dengan efisiensi pemupukan yang semakin meningkat serta menurunnya kehilangan pupuk melalui penguapan, erosi, aliran permukaan dan pencucian.


Rudy Ramon Pohan SE

081378687999

Facebook: Pupuk Plant Activator

 Pemupukan Kelapa Sawit

Kelapa sawit merupakan salah satu komoditas yang menyerap unsur hara relatif banyak dari dalam tanah untuk menghasilkan TBS dimana setiap tahunnya TBS yang dipanen sekitar 20-30 tbs/ha. Sebagai ilustrasi, untuk menghasilkan sebanyak 27 ton TBS, kelapa sawit memerlukan nitrogen, fosfor, kalium, kalsium, magnesium, dan sulfur masing-masing sebanyak 190, 26, 257, 43, dan 60 kg (Moody et al., 2002).

Rendahnya kemampuan tanah dalam menyediakan unsur hara dan rendahnya dosis pupuk yang diaplikasikan petani menyebabkan rendahnya unsur hara yang diserap oleh kelapa sawit. Semua unsur hara yang diserap kelapa sawit digunakan untuk pertumbuhan vegetatif dan pembentukan buah sehingga kekurangan unsur berakibat pada menurunnya pertumbuhan

Uexkhull dan Fairhust (1991) menyatakan bahwa kehilangan pupuk fosfat dan kalium sangat menonjol pada lahan yang tidak dikonservasi karena unsur ini terikat pada partikel liat tanah dan bahan organik yang terbawa oleh erosi dan aliran permukaan. Kehilangan unsur ini dapat menurunkan hasil antara 25-30%.

Kombinasi dari semua faktor-faktor tersebut menyebabkan rendahnya produktivitas kelapa sawit terutama kebun rakyat dimana secara rata-rata nasional produksi tandan buah segar (TBS) sebanyak 16,5 tbs/ha/thn atau setara dengan produksi minyak sawit mentah (CPO) sebanyak 3,3 ton/ha/tahun. Dibandingkan dengan negara tetangga, Malaysia, produksi TBS dan CPO hampir mencapai 2 kali lipatnya (Adiwiganda dan Poeloengan, 1998). Melihat peranan kelapa sawit dalam perekonomian rumah tangga petani, permasalahan pengelolaan kebun sawit menjadi sangat penting dicarikan solusinya.

Rudy Ramon Pohan SE

081378687999

Facebook: Pupuk Plant Activator

Pemupukan PADI

Ambillah tiga zak pupuk Urea, sebarkan ke petakan sawah yang diairi. Bila saudara menduga bahwa seluruh Urea akan diserap tanaman, maka dugaan saudara itu keliru. Hanya satu zak yang sempat dimanfaatkan tanaman padi dan sisanya hilang, kembali ke tempat asal yaitu udara. Kehilangan unsur Nitrogen itu berkisar 40% melalui penguapan ammonia dan beberapa persen melalui penguapan dalam bentuk N20 dan N2, pencucian (leaching), terikat oleh jasad renik atau mineral tanah (immobilization dan fixation). Usaha membendung kerugian akibat kehilangan dalam pemupukan padi sawah ditempuh berbagai cara antara lain perbaikan cara-cara pemupukan dan penciptaan pupuk yang lambat melepaskan Nitrogen. Cara pemupukan yang dianjurkan untuk menekan kehilangan unsur Nitrogen ialah penebaran merata di sawah, jumlahnya dibagi dan ditebarkan sesuai masa pertumbuhan padi.

Gejala Kekurangan N

Kekurangan N dapat menyebabkan daun menjadi hijau kekuningan sampai menguning seluruhnya, pertumbuhan tanaman lambat dan kerdil, dan pada gejala yang lebih berat lagi daun menjadi kering mulai dari bagian bawah terus kebagian atas.

Gejala Kekurangan P

Kekurangan P dapat menyebabkan keadaan perakaran tanaman berkurang dan tidak berkembang. Dalam keadaan kekurangan P yang parah, daun, cabang, dan batang berwarna ungu. Hasil tanaman menurun.

Gejala Kekurangan S

Belerang atau Sulfur (S) adalah hara utama penting yang diperlukan untuk produksi khlorofil. S diperlukan untuk memproduksi asam amino (cystein, methionin, dan cystin) dalam tanaman yang berkaitan dengan nutrisi manusia. S sangat mobil dalam tanaman (walaupun lebih kurang mobil dibandingkan dengan N), namun hanya sebagian mobil dalam tanah.

Gejala Kekurangan K

Kekurangan K menyebabkan pertumbuhan tanaman lambat dan kerdil. Daun sebelah bawah terbakar pada tepi dan ujungnya, kemudain berjatuhan sebelum waktunya. Tanaman mudah patah dan rebah. Daun mula-mula mengkerut dan mengkilap, selanjutnya pada bagian ujung dan tepi daun mulai terlihat warna kening-kuningan yang menjalar di antara tulang daun. Kemudian tampak bercak-bercak merah coklat dan akhirnya daun mati.

Cara Pemberian Pupuk

Yang perlu diperhatikan untuk mengurangi penurunan ketersediaan pupuk adalah waktu dan cara pemberian pupuk. Pemberian pupuk yang tepat selama pertumbuhan tanaman Padi sawah dapat meningkatkan efisiensi penggunaan pupuk. Sifat pupuk N umumnya mudah larut dalam air sehingga mudah hilang, baik melalui pencucian maupun penguapan. Untuk mengurangi kehilangan N, pupuk N sebaiknya diberikan secara bertahap, yaitu 1/2 bagian dosis pupuk N serta seluruh dosis pupuk P dan K diberikan pada awal tanam, sedangkan 1/2 dosis pupuk N diberikan pada umur 40 hari setelah tanam. Cara pemberian pupuk yang baik adalah dengan jalan menabur secara merata dipermukaan tanah/sawah dengan kondisi air + 5 cm.

Waktu Pemupukan

1. Pemupukan dilakukan pada waktu hujan kecil, namun > 60 mm/bulan. Pemupukan ditunda jika curah hujan kurang dari 60 mm per bulan.

2. Pupuk Dolomit dan Rock Phosphate diusahakan diaplikasikan lebih dulu untuk memperbaiki kemasaman tanah dan merangsang perakaran, diikuti oleh MOP (KCl) dan rea/Z A.

3. Jarak waktu penaburan Dolomit/Rock Phosphate dengan Urea/Z A minimal 2 minggu.

4. Seluruh pupuk agar diaplikasikan dalam waktu 2 (dua) bulan.

Frekwensi Pemupukan

1. Pemupukan dilakukan 2 - 3 kali tergantung pada kondisi lahan, jumlah pupuk, dan umur - kondisi tanaman.

2. Pemupukan pada tanah pasir dan gambut perlu dilakukan dengan frekwensi yang lebih banyak.

3. Frekwensi pemupukan yang tinggi mungkin baik bagi tanaman, namun tidak ekonomis dan mengganggu kegiatan kebun lainnya

STANDAR PEMUPUKAN PADI (Kg/Ha)

Urea SP-36 KCl

STANDAR PEMUPUKAN 250 100 100

PEMUPUKAN DENGAN PA 175 70 70

DOSIS PA 17,5 7 7

Rudy Ramon Pohan SE

081378687999

Facebook: Pupuk Plant Activator

Pemupukan KARET

Pemupukan dilakukan 2 kali setahun yaitu menjelang musim hujan dan akhir musim kemarau, sebelumnya tanaman dibersihkan dulu dari rerumputan dibuat larikan melingkar selama – 10 Cm. Pemupukan pertama kurang lebih 10 Cm dari pohon dan semakin besar disesuaikan dengan lingkaran tajuk.

Umur

(Bulan)

D o s i s (gram/pohon)

Urea

Rock Pospat

MOP

Kleresit

Pupuk dasar

2 – 3

7 – 8

12

18

24

36

48

-

75

75

100

100

250

275

300

200

150

150

175

175

400

400

400

-

50

50

62

62

150

200

200

-

50

50

50

50

100

100

100

Cat : Jenis Pupuk dapat diganti asalkan kandungan unsur haranya setara.

PENTINGNYA pH TANAH
Sifat kimia tanah berhubungan erat dengan kegiatan pemupukan. Dengan mengetahui sifat kimia tanah akan didapat gambaran jenis dan jumlah pupuk yang dibutuhkan. Pengetahuan tentang sifat kimia tanah juga dapat membantu memberikan gambaran reaksi pupuk setelah ditebarkan ke tanah.
Salah satu sifat kimia tanah adalah keasaman atau pH (potensial of hidrogen), pH adalah nilai pada skala 0-14, yang menggambarkan jumlah relatif ion H+ terhadap ion OH- didalam larutan tanah. Larutan tanah disebut bereaksi asam jika nilai pH berada pada kisaran 0-6, artinya larutan tanah mengandung ion H+ lebih besar daripada ion OH-, sebaliknya jika jumlah ion H+ dalam larutan tanah lebih kecil dari pada ion OH- larutan tanah disebut bereaksi basa (alkali) atau miliki pH 8-14. Tanah bersifat asam karena berkurangnya kation Kalsium, Magnesium, Kalium dan Natrium. Unsur-unsur tersebut terbawa oleh aliran air kelapisan tanah yang lebih bawah atau hilang diserap oleh tanaman.
Di Indonesia pH tanah umumnya berkisar 3-9 tetapi untuk daerah rawa seeperti tanah gambut ditemukan pH dibawah 3 karena banyak mengandung asam sulfat sedangakan di daerah kering atau daerah dekat pantai pH tanah dapat mencapai di atas 9 karena banyak mengandung garam natrium.

Rudy Ramon Pohan SE

081378687999

Facebook: Pupuk Plant Activator

Plant Activator (PA)

Plant activator (PA) merupakan formula yang mengandung 75 % Activator Cz 175 dilengkapi dengan 18 unsur hara mikro dimana diantaranya terdapat 13 unsur esensial untuk pertumbuhan vegetatif dan generatiif yang sangat dibutuhkan tanaman. Ke-18 unsur tersebut berupa :

1. Boron 0,225 % s.d 0,23 % 10. Nikel 50 ppm s.d 55 ppm

2. Calsium 4,000 % s.d 4,700 % 11. Organic Carbon 0,300 % s.d 0,320 %

3. Copper 0,250 % s.d 0,265 % 12. Phosphorous 0,550 % s.d 0,572 %

4. Cobalt 31,5 ppm s.d 35,0 ppm 13. Potassium 1,250 % s.d 1,265 %

5. Chelating Agent 1,000 % s.d 1,020 % 14. Zink 0,175 % s.d 0,180 %

6. Iron 1,610 % s.d 1,700 % 15. Aluminium 3,000 % s.d 3,800 %

7. Molibdenium 60 ppm s.d 68 ppm 16. Titanium 0,110 % s.d 0,125 %

8. Magnesium 0,720 % s.d 0,750 % 17. Sodium 1,115 % s.d 1,200 %

9. Nitrogen 0,525 % s.d 0,540 %. 18. Chlorine 1,180 % s.d 1,210 %

Activator Cz 175

Plant Activator mengandung 75 % Cz 175 yang berperan menjaga ketersediaan unsur hara yang diberikan kepada tanaman sebagai pupuk mineral serta menghambat fiksasi unsur hara oleh konstituen tanah selama masa pertumbuhan. Hambatan terhadap fiksasi tersebut berupa pemanfaatan secara efektif dan efisien setiap unsur hara yang diberikan ke tanaman. Plant Activator bekerja secara slow release yang mampu melepas unsur hara secara lepas lambat dengan volume pelepasan mendekati kapasitas akar tanaman dalam menyerap unsur hara, tetapi berlangsung dalam waktu yang lebih lama sehingga mengurangi kehilangan unsur ke lingkungan. Disisi lain, dengan pencampuran Plant Activator sebesar 10 % dari dosis pupuk konvensional berarti adanya pengurangan kebutuhan yang diperlukan petani karena dosis pemupukan optimum menurun. Pengurangan kebutuhan pupuk ini sangat berkaitan dengan efisiensi pemupukan yang semakin meningkat serta menurunnya kehilangan pupuk melalui penguapan, erosi, aliran permukaan dan pencucian.

Manfaat Activator Cz 175

    1. Mengaktifkan unsur hara Makro dan Mikro pada tanah hingga lebih aktif dan efektif.
    2. Bekerja secara slow release yang mampu melepas unsur hara secara lepas lambat dengan volume pelepasan mendekati kapasitas akar tanaman dalam menyerap unsur hara, tetapi berlangsung dalam waktu yang lama sehingga mengurangi kehilangan unsur ke lingkungan
    3. Melindungi Urea dari penguapan dan pencucian karena air.
    4. Memecah tumpukan fosfat yang sukar larut menjadi mudah larut sehingga tanah menjadi gembur, udara, air serta unsur-unsur hara dapat diserap akar tanaman secara optimal.
    5. Mencegah terjadinya fiksasi (pengikatan) fosfat dan kalium oleh komponen-komponen tanah.
    6. Menghemat dosis pemakaian Urea (35 %) karena kelebihan Nitrogen menyebabkan daun rentan terhadap penyakit/hama, kekahatan Boron, White Stripe dan berkurangnya buah jadi.
    7. Menghemat dosis pemakaian KCl (35 %) karena kelebihan pemakaian Kalium merangsang gejala kekurangan Boron sehingga rasio minyak terhadap tandan menurun.
    8. Menghemat dosis pemakaian TSP (35 %) karena fosfat yang telah tertimbun akibat pemupukan fosfat sebelumnya akan kembali ditambang dan diserap akar.
    9. Meningkatkan aktifitas mikro organisme tanah yang ikut mentransfer serta membantu mempercepat proses oksidasi unsur mikro Mn, Zn, Cu, Mo, dan Al.
    10. Peningkatan aktifitas mikro organisme menciptakan serta mengundang sarana kehidupan baru bagi cacing tanah.
    11. Memperlebar bentangan pelepah daun serta lembar daun sehingga menyempurnakan proses fotosintesa daun melalui klorofil.
    12. Meningkatkan faktor pembentuk cadangan air dan hara basa dalam tanah yang dapat mengefisienkan penggunaan air dan hara basa oleh tumbuhan (KTK yang cukup tinggi yaitu ~180 meq/100 gr).

Plant Activator mengandung 75 % Cz 175

1. Menghemat penggunaan pupuk konvensional

2. Mempercepat tanaman menghasilkan

3. Meningkatkan hasil panen / produksi (kuantitas dan kualitas)

4. Memperkuat daya tahan tanaman terhadap serangan hama dan penyakit

5. Tahan terhadap musim kemarau yang panjang

6. Memperpanjang usia produktif tanaman

Daftar Pustaka

Adiwiganda, R. 2002. Pengelolaan Lapangan dalam Aplikasi Pupuk di Perkebunan Kelapa Sawit. Seminar Nasional Pengelolaan Pupuk pada Kelapa Sawit. PT. Sentana Adidaya Pratama. Hlm 22.

Adiwiganda, Y.T. dan Z. Poeloengan. 1998. General Oil Palm Fertilizer Recommendation in Indonesia: 25 Years Experience. Internatio-nal Oil Palm Conference Commodity of the Past, Today, and Future. Jointly organized by IOPRI and GAPKI, 15 pp.

Badan Pusat Statistik. 2003. Statistik Indonesia 2003. Badan Pusat Statistik. Jakarta.

Fairhust, T. 2002. Estimasi Kebutuhan Pupuk. Makalah disampaikan dalam Seminar Pengelolaan Pupuk pada Kelapa Sawit. PT. Sentana Adidaya Pratama. Medan, 5 Maret 2002.

Gupta, R.K. and S.K. Dubey. 1998. Sulphur Management In Rainfed Cropping System I

Madhya Pradesh, India. Fertilizer News. 43: 57-60.

Kamprath, E.J. and A.R. Till. 1983. Sulfur Cycling In the Tropics. In G.J. Blair and A.R Till (Eds.). Sulphur In South-East Asian and South Pacific Agriculture. Research for Development Seminar. Ciawi, Indonesia. ADAB-TSI. Pp. 1-14.

Misra, U.K. 1995. Soil Sulphur Defficiencies and Crop Responses to Sulphur In Orisa, India. Sulphur In Agriculture: Update 1995. Sulphur In Agric. 19. The Sulphur Institute. Washington. Pp. 16-20.

Moody, P.W., R. Lefroy, I G.P. Wigena, N. China-but, N.C. Vinh, P.T. Cong, and S. Phimsorn. 2003. Interpretation of Soil Chemical Analy-ses and the Fertility Management of Upland Soils. International Training on Soil Fertility Management. Department of Primary Industry. Queensland.

Poeloengan, Z. 1996. Pupuk Majemuk dan Penggunaannya. Bahan Penataran Mengenai Tanah dan Pemupukan Karet. Balai Penelitian Perkebunan (BPP) RISPA. Medan. Hlm 73-82.

Puslittanak. 2004. Participatory Impact Assessment Study on Sloping and Degreeded Lands for Sustainable Agriculture. Annual Report on Sloping and Degreeded Lands for Sustain-able Agriculture in Indonesia. Badan Peneliti-an dan Pengembangan Pertanian. Bogor.

Soil Survey Staff. 1999. Keys to Soil Taxonomy. Ninth Edition. Department of Agricultural Natural Resources Conservation Services. Washington.

Taylor, C. 2002. Logistik dalam Pengelolaan Pupuk: Penyediaan, Penggudangan, Aplikasi, dan Monitoring. Makalah Dipresentasikan dalam Seminar Pengelolaan pada Kelapa Sawit. PT. Sentana Adidaya Pratama. 1 Maret 2002. Medan. (tidak diterbitkan).

Uexkhull, H.R. and T. Fairhust. 1991. Fertilizing for High Yield and Quality the Oil Palm. IPI Bulletin. No.12.

Wada, K., Li Xue-Yuan, and P.W. Moody. 1990. Chemistry of Adverse Upland Soils. Proc. of A Symposium Phosphorus Requirement for Sustainable Agriculture in Asia and Oceania. International Rice Research Institute. Pp. 243-254.

Rudy Ramon Pohan SE

081378687999

Facebook: Pupuk Plant Activator

FUNGSI GANDA CZ-175 DALAM PLANT ACTIVATOR (PA).

1. Mengaktifkan unsur hara makro, mikro hingga lebih aktif dan efektif

2. Melindungi Urea dari penguapan dan pencucian (larut dengan air)

3. Memecah tumpukan posfat yang sukar larut menjadi mudah larut sehingga posfat mudah diserap akar, tanah menjadi lebih gembur.

4. Mencegah terjadinya fiksasi (pengikatan) posfat dan kalium oleh komponen-komponen tanah serta melindungi kalium dari proses pencucian

5. Cz 175 dalam Plant Activator dilengkapi dengan 8 trace element (Co, Cu, Zn, Fe, Mn, B, Mo dan Ni).

KEGUNAAN PLANT ACTIVATOR (PA).

  • Menghemat penggunaan pupuk konvensional

· Mempercepat tanaman menghasilkan

· Meningkatkan hasil panen / produksi (kuantitas dan kualitasnya)

· Memperkuat daya tahan tanaman terhadap serangan hama dan penyakit

· Tahan terhadap musim kemarau yang panjang

· Memperpanjang usia produktif tanaman

CARA PEMAKAIAN PA.

1. Kurangi dosis pupuk yang biasa anda gunakan (Urea, TSP, RP, MOP, Kieserit, Borax, dll) hingga 35 %.

2. Campurkan masing-masing pupuk tersebut dengan Plant Activator (PA) dengan perbandingan 10 kg (pupuk biasa) berbanding 1 kg (PA)

3. Taburkan campuran tersebut sesuai pola yang biasa anda lakukan.

4. PA hanya dapat digunakan sebagai campuran pupuk akar padat (tabur) bukan pupuk daun (cair)

5. Untuk mencapai hasil yang lebih optimal, campuran pupuk dengan PA diinapkan terlebih dahulu selama 1 – 2 malam sebelum ditabur,

HARGA PA

  • Harga Plant Activator (PA) Rp. 30.000,- / Kg / bungkus
1 kardus isi 25 bungkus

Rudy Ramon Pohan SE

081378687999

Facebook: Pupuk Plant Activator